Laman

Rabu, 09 Agustus 2023

Laut Kotamu


 

Seseorang mengirim gambar rembulan yang mengambang di atas laut kotamu. Dia terkekeh. Seumpama semesta tak menginginkan dia lepas begitu saja dari segala sesuatu perihal kamu.

 Dia terkekeh lagi, lalu menulis sebaris puisi.


 “Pada akhirnya, rembulan akan semakin tinggi lalu menghilang

Kegelapan menelan riak-riak air, debur ombak, dan lagu-lagu kenangan yang terdengar dari kejauhan

Tapi itu tak akan mampu menyembunyikan cinta yang paling diam dari pandangan mata

apalagi dari hati."


 Lalu dia menunggu fajar tiba.

Kokok ayam. Deru mesin perahu. Dan cerita-cerita pagi yang dihangatkan di atas tungku rumah-rumah nelayan, terdengar sangat meriah. Namun, cintanya masih saja pendiam. Akan selamanya diam di pandangan mata, juga hati. 



Minggu, 10 April 2022

Tak Hanya Singgah

 Ahad pagi-pagi sekali, seorang teman di kota seribu ruko mengunggah rekamannya ketika melintas di sebuah jalan  menuju pusat kota itu. Sepi sekali, begitu captionnya. Aku mencermatinya dengan saksama. Jalan menanjak setelah belokan itu, gedung-gedung yang tampak di depannya, aku pernah ratusan kali melewati jalan itu, berbilang tahun yang lalu.

Minggu, 13 Maret 2022

Rela

 


Orangtua bilang, rasa sakit atas kehilangan akan reda oleh kerelaan

Pada yang tak hilang sekaligus yang tak jua bisa pulang

Terentang jarak menjebak 

Jumat, 07 Januari 2022

Tetaplah Tinggal

 “Kau tahu perpisahan itu amat tak mengenakkan? Terlebih lagi saat kau tahu persis, bahwa sebagian hatimu telah terbawa bersamanya. Kau hanya akan menjadikan perpisahan itu serupa kesedihan yang menjadi-jadi.”

Hujan Januari

 


"Aku.., walau aku masih ingin merasakan percikan air hujan itu, aku memilih untuk masuk ke rumah ibuku. Kau lupa Nisa, akupun menarik tanganmu dari hujan itu. Aku ajak kau masuk bersama ke rumah ibuku. Yang juga ibumu. Ibu kita, Adikku. Kau tahu, bukan aku yang takut sakit karena hujan itu. Tapi aku lebih takut kau yang sakit."

Sabtu, 09 Oktober 2021

Datang

 Kau datang tadi malam, menggenggam tangannya. Dia memandangmu tak percaya dan bertanya tentang sesuatu yang bodoh, “Apa kau marah?”

Aku hampir terbahak mendengar pertanyaannya. Bahkan, di dalam mimpi pun, dia masih tetap membawa perasaan bahwa kau sedang marah kepadanya.

“Lalu aku menjawab apa, tadi malam?”

Sabtu, 02 Oktober 2021

Kau Harus Merasakannya

Saat-saat paling berat, adalah ketika ingatan dalam kesadaran bahwa seorang di sampingmu tak pernah membungkus segala takut dan cemasmu. Kalian bahkan tak pernah berbicara, membiarkan segala sesuatu berjalan dan terlepas begitu saja.

Ada ruang di antara bawah sadar yang membebat masa lalu, dengan sadar yang menjuntai-juntaikan masa depan; ialah ruang kosong masa kini yang kau kerap terjebak dalam pusar kehampaannya.