Laman

Kamis, 06 Februari 2020

Kosong


Kau bilang, di dalam keramaian aku masih merasa sepi, sendiri memikirkan kamu.

Dia yang kau pikirkan itu, selalu mencari-cari kau di antara punggung orang-orang, di jantung-jantung keramaian. Di gerbong kereta, di ruang tunggu bandara, di dalam bus dan pesawat, di halaman-halaman bertenda sebuah acara, di majelis-majelis, di sepanjang jalan kehidupannya yang menghampar sepi. Lebih sepi dari kesepian milikmu.


Sebelum kau menumpangkan pesan lewat lirik lagu itu, dia, sejak kau singgah dan bermain-main dengan hatinya, dia merasai sepi dari yang paling sepi. Mencari-carimu. Di antara jari-jari hujan pada musim-musim yang basah. Di antara tiang-tiang cahaya pada musim-musim yang kering. Di antara sedu sedan dan harap-harapan rohani. Ia hanya tegar jika sudah ditabahkan oleh janji-janji Pangeran langit.

Kau bilang, di dalam keramaian aku masih merasa sepi, sendiri memikirkan kamu.

Dia yang -entah benar atau tidak- kau pikirkan itu, selalu mencari-cari kau di antara punggung orang-orang. Di setiap lipatan waktu. Di setiap merah-merah dan jingga-jingga bentang langit fajar juga senja.  

Kaukah itu?
Kaukah itu?
Kaukah itu?

Musafir hanya layak memikirkan Kau.

Baginya, kau, kesepian sekaligus keasingan yang menuju Kau.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih sudah meninggalkan komentar. Mohon untuk selalu berkomentar dengan bahasa yang baik dan tidak SARA, ya.