Laman

Sabtu, 02 April 2016

Istri dan Anak yang Menjadi Musuh



"Dek, ternyata Al-quran nggak bolehin kita marah-marahin anak, lho."

Beberapa waktu lalu, malam di antara waktu Magrib dan Isya, tiba-tiba saja suami mengumumkan itu kepada saya. Saya yang punya sifat bawaan tukang marah-marah merasa dicubit, "ayat apa?"


Lalu suami menunjukkan Alquran dan terjemahan yang ada di ponsel pintarnya. Itu adalah QS. At-Taghabun ayat 14 yang artinya; "Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka. dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah maha mengampuni dan maha penyayang."

Membaca itu membuat saya tercengang. Bagaimana tidak? Saya ini Ibu Rumah Tangga dengan tiga anak yang, yah, harus saya akui, ada masa ketika emosi saya sedang tidak stabil dan satu hal kecil yang diletupkan anak-anak menyulut amarah saya. Maka malam itu saya bertekad akan membuka tafsir untuk mengetahui sebab turunnya ayat tersebut. 

Malam tadi tekad itu saya tunaikan. Saya buka Tafsir Al-Azhar karya Prof. Hamka dan menemukan asbabun nuzul ayat dimaksud. 

Ibnu Abbas pernah menceritakan, setelah Rasulullah dan para sahabat yang setia hijrah ke Madinah, adalah beberapa penduduk yang tinggal di Makkah, kian lama berpisah dengan Nabi kian terasa kebenaran dan kemuliaan beliau. Hal itu menimbulkan keinginan mereka untuk memeluk Islam dan menuruti Nabi untuk hijrah ke Madinah.

Tetapi ketika hal itu disampaikan kepada istri-istri dan anak-anak mereka, engganlah mereka mengikut suami dan ayah mereka. Mereka enggan meninggalkan harta benda yang ada di Makkah. Di antara orang-orang yang ingin hijrah dan mendapat halangan itu, ada sebagian yang hendak menghukum istri dan anak-anak mereka. Kata Ibnu Abbas, itulah sebab ayat ini turun, peringatan bahwa istri dan anak terkadang menjadi musuh, yaitu musuh cita-cita.

Selanjutnya Buya Hamka menulis, Allah telah memberikan bimbingan  bagaimana cara menghadapi istri-istri dan anak-anak yang menjadi musuh cita-cita tersebut. Pertama, hendaklah memberi maaf saja, kedua anggap saja soal itu telah habis dan jangan berputus asa. Bimbinglah mereka dengan lapang, moga-moga mereka akan tunduk juga sebab suami atau ayahnya menghadapi mereka dengan bijaksana.

Allah memerintahkan pada seorang suami atau seorang ayah untuk meniru sifatNya, yaitu; sudi memberi ampun dan bersifat penuh kasih sayang. Tidaklah akan berhasil didikan yang keras. Demikian pula dalam menghadapi dan mendidik anak-anak. Saat ini telah terlalu jauh perbedaan pemikiran antara ayah dan anak-anaknya. Tetapi, asal ayah mendidik puteranya dengan budi pekerti yang dapat dicontoh, ayah akan selalu menjadi kebanggaan anaknya.

Ilmu jiwa menunjukkan bahwa ayah yang budiman itu dipandang sebagai sosok yang dibanggakan anak-anaknya. Maka jangan sampai anak-anak melihat kekurangan budi pada ayahnya sehingga mereka kehilangan pegangan. Sampai di sini saya berpikir dan kemudian beristighfar, sebab inilah yang banyak terjadi pada kehidupan kita sekarang ini.

Well, saya lega sekali mengetahui penafsiran ayat ini. Ternyata, tidak boleh memarahi anak adalah dalam konteks seperti yang tersebut di atas. Konteks seorang ayah/suami dalam mendidik istri dan anak ke jalan yang benar. Harus selalu sabar, bukan dengan emosi dan apalagi mengancam-ancam akan poligami. Nah, yang terakhir ini kasus seorang teman. Miris sekali, suaminya selalu mengancam poligami ketika sang istri dirasa tidak patuh kepadanya.

Oke poligami dibahas lain kali, ya. Semoga Allah selalu memberikan hidayah kepada kita. Aamiin...


 




5 komentar:

  1. susah memang untuk tidak marah pada anak istri di saat mereka melakukan sesuatu yang tidak kita sukai. Makasih Mbak sharingnya, moga kita bisa jadi teladan yag baik bagi anak-anak kita, aamiin.

    BalasHapus
  2. Aku tau banget gak enaknya dimarahin, makanya sebisa mungkin aku ndak mau marah-marah, emosi kalo diturutin gak ada abisnya, yang ada akhirnya nyesel doang, hehehe

    Salam,
    Ara

    BalasHapus
  3. Sebab, masih banyak cara manis untuk kita bisa menyampaikan kebaikan <3

    Salam,
    Gianta

    BalasHapus

Terimakasih sudah meninggalkan komentar. Mohon untuk selalu berkomentar dengan bahasa yang baik dan tidak SARA, ya.