Ketika kau
memasuki sebuah toko atau pusat perbelanjaan dan memasukkan barang-barang ke
dalam keranjang, kau pasti sudah memiliki alasan untuk apa membayar
barang-barang itu dan apa gunanya kau membawa pulang ke rumah?
Terlepas
kau membayarnya tersebab butuh, atau hanya demi sebuah keinginan, yang jelas
kau memiliki sebuah alasan. Dan barang-barang itu akan ‘berperan’ di dalam
rumahmu sesuai alasanmu mengangkutnya pulang.
Sampai
di sini, pernah tidak kau memikirkan bahwa apapun yang datang dalam
kehidupanmu, entah itu masalah, atau hadiah-hadiah yang mengejutkan, atau orang
yang ujug-ujug menyapamu pada suatu petang di sebuah halte lalu pada sapaan
pertama itu kalian sudah merasa ‘serupa’ satu dan lainnya. Ataupun tentang
sebagian orang yang berkawan lama, atau berteman sesaat lalu berpisah, dan lain
sebagainya yang semua itu membuatmu berpikir;
“Tuhan,
terimakasih atas segala hal yang Kau dekatkan, Kau pertahankan, Kau lekatkan,
Kau jauhkan, Kau pisahkan, Kau hancurkan pada hamba karena itu semua pasti ada
alasannya. Karena Kau selalu punya alasan, bahkan, untuk apa biji yang mati Kau
tumbuhkan di celah-celah sebuah batu, atau dahan yang lengkung menaungi sebuah
bangku, Kau telah cukupkan alasan-alasan keberadaannya.”
Pernah
tidak kau berpikir demikian?
Kalau
tidak, cobalah berpikir mengapa kau baru dikarunia satu putra sementara yang
lainnya sebelas? Cobalah juga berpikir untuk apa Tuhan memberimu pasangan yang
luar biasa menjengkelkan sementara teman-temanmu memiliki kehidupan rumahtangga
yang sedamai Telaga Sei Ladi.
Telaga Seiladi dari google |
Sebentar,
apa kau tahu di mana Telaga Sei Ladi itu berada? Bahkan, untuk apa kau membaca
nama telaga itu pun, pada saat ini, termaktub alasan Tuhan di dalamnya. Tak
peduli pemikiranmu kesusahan menjangkau alasannya, sebab memang kita hidup di
dunia yang bukan dunia sebenarnya. Dunia yang terbatas indra.
Kelak
pada hari yang sesungguhnya, kau akan sangat gampang memahami
sesuatu sebab semuanya terbuka. Telinga yang dapat mendengar apapun dari jarak
manapun, mata yang dapat menatap apapun dari balik tembok manapun, segalanya.
Tak ada lagi rasahasia pada hari yang pasti sebab semua tirai telah
disingkap. Tak akan lagi kau bertanya-tanya, “Tuhan, mengapa kau anugerahkan
rasa ini?” atau, “mengapa kau hadirkan dia?
Tak
ada. Semua jelas sejelas-jelasnya. Tak ada lagi saling curiga, tak ada benci,
tak ada musuh. Damai. Dunia yang sebenarnya adalah dunia yang diliputi
kedamaian.
Maka,
aku hanya ingin katakan (tuliskan J ), bila saat ini kau masih sering bertanya mengapa, cobalah
renungi dan pahami, bahwa segala sesuatu yang datang terhadap kita telah
sempurna alasanNya. Ini tak lebih untuk memperbaiki diri kita, untuk
menenangkan hati kita, untuk mendamaikan hidup kita. Begitulah, memang terasa
agak sulit memahaminya, sekali lagi, karena indra kita sangat terbatas. Maka
asahlah hati, agar dapat kau jangkau lebih jauh alasan-alasan Tuhan yang mulia mengapa
Ia hadirkan segala sesuatu dalam kehidupanmu.
Sesungguhnya,
catatan panjang ini hanyalah pengingat bagi yang menuliskannya J
Rumah karya, gerhana bulan, akhir Januari 2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih sudah meninggalkan komentar. Mohon untuk selalu berkomentar dengan bahasa yang baik dan tidak SARA, ya.