Laman

Sabtu, 10 Maret 2018

Siapa Penasehatmu?


Apakah kau masih ingat, ketika suatu siang kalian membincang tentang setan?

“Kau ini beriman, kenapa mengusir setan kecil saja kau tak bisa?” begitu sodoknya keras.
“Kau pikir setan kecil itu tak berilmu?” balasmu tajam.
“Ya tapi kau itu beriman.” Dia bersikukuh, frustasi. Sejatinya, pikirannya agak terganggu dengan ‘setan berilmu’ yang kau sebutkan.

Setan, berilmu?

Saat itu, dia masih belum paham apa maksudmu. Dan dia hanya menganggap angin lalu frasa ‘setan berilmu’ itu. Hingga kemarin tilawahnya sampai pada surat Al-A’raf (7) ayat 21. Surat Al-A’raf itu, dimulai ayat 11 sampai 25 adalah tentang PERMUSUHAN DAN GODAAN SYAITHAN TERHADAP MANUSIA. Agak lebih khusus membahas tentang penghargaan Allah kepada Nabi Adam dan keturunannya.



Pada ayat 21 Allah berfirman; “Setan bersumpah kepada keduanya, “Sesungguhnya aku ini benar-benar termasuk para penasihatmu.”

Dr.Zainal Arifin Zakaria yang menyusun Tafsir Inspirasi (tafsir yang selalu ia gunakan untuk bertilawah) menuliskan tafsiran ayat itu; “Godaan dan rayuan setan itu bukan gerakan spektakuler, tapi ia gerakan perlahan, sedikit tapi pasti. Bagaikan rel kereta api yang menyimpang dari garis lurus dimulainya hanya dengan pergeseran satu millimeter. Setan: terlihat membantu tapi sebenarnya menjerumuskan."

Dia paham sekarang, bagaimana mungkin setan tak berilmu bila ia telah demikian mengikrarkan diri sejak manusia pertama diciptakan, bahwa dialah ‘sang penasehat’. Penasehat yang menipudaya. Yang halus, menelusup lembut di antara pori-pori dan meliuk di antara laci-laci hati. Indah. Setan menjadikan dosa tampak indah.

Dan setan yang terlihat membantu itu sebenarnya menjerumuskan. Sekonyong dia mengingat kejadian siang sebelum kalian membincang tentang setan itu, lantas beristigfar. Siang itu, sebenarnya hati kecilnya sudah mengingatkan untuk tak perlu membahasnya. Bahkan kau sudah ingatkan, “Sudah cukup kita menangis semalam, tak perlu kita bahas lagi.” 

Namun, begitulah setan itu bekerja. Rapi sekali. Terkesan anggun dan rasional.

Lantas atas dalih ‘ilmu’ dia berteriak di kupingmu, “Kita harus melogikakan ini agar tak akan pernah lagi kaki melangkah di jalan yang salah.”

Nyatanya? Hei, kalian justru kembali melakukan kesalahan. Itulah, itulah setan. Kau dulu sudah benar mengingatkan dirinya tapi kau pun tak mampu tegas menolaknya. Sekarang, saat semuanya sudah kembali di jalan ketaatan dan dia menyimak ayat ini, dia pun mengingat kau.

Kau tahu, setan menggasaknya lagi dengan manis, “Kirimkan screenshoot ayat-ayat ini padanya. Bukankah saling bernasehat itu indah?”

Wow, hampir saja dia termakan rayuan. Dasar setan, pandai sekali dia menggombal. Padahal, sungguh kalaupun bukan dari dia, amatlah gampang bagi Allah untuk menyampaikan ayat-ayat ini padamu. Entah lewat guru dan orang alim manapun, atau, mungkin suatu saat kau terilhami untuk berjalan ke sini dan membaca catatan ini. 

Allah sebaik-baik pengatur dan pemberi hikmah. Ambillah Qur'an sebagai penasehat, bukan syaithan. Jangan pernah lupakan; tak ada jalan selamat kecuali di dalam taat.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih sudah meninggalkan komentar. Mohon untuk selalu berkomentar dengan bahasa yang baik dan tidak SARA, ya.