Laman

Kamis, 25 Januari 2018

The Servant/Slave of Allah

Ceritanya mau bagi-bagi kajian, walau cuma intisarinya doang...

Di youtube, kajian ini berjudul Memahami Surat Al-Fatiha, Ustadz Nouman Ali Khan. Sudah agak lama judul ini tertangkap mata saya dan ingin membukanya. Tapi melihat durasinya yang sampai tiga jam, saya selalu mengundurnya dan alhamdulillah terlewati dua jam hari ini. Semoga ini ada manfaatnya. Dan semoga Allah melihat bahwa hambaNya yang ini sedang berusaha menapaki jalan cintaNya.


Langsung saja kita masuk pada dua arti kata ‘Hamd’ :
1.     Berarti pujian.
2.    Berarti terimakasih.

Dua hal ini berbeda, karena kita bisa memuji sesuatu/seseorang tanpa perlu berterimakasih, begitupun sebaliknya.
Alhamdulillah, sepaket antara pujian dan thanks to Allah.
Alhamdulillah = segala PUJI (kata benda) bagi Allah.

Kata benda bisa berdiri sendiri. Allah nggak perlu saya, nggak perlu kamu, nggak perlu siapapun untuk memujiNya karena Dia bisa berdiri sendiri. Mengucap Alhamdulillah mestinya membuat kita rendah hati karena sejatinya Allah nggak butuh dengan pujian kita.
Manusia datang dan pergi, generasi berganti, dunia pun berubah, tapi pujian bagi Allah akan tetap ada. Karena PUJI bukan kata kerja yang butuh subjek, bukan pula kata perintah (pujilah Aku) yang meletakkan ‘bola’ pada subjek untuk memuji/tidak, tetapi dia kata benda yang berdiri sendiri.

Allah memperkenalkan dirinya pada surat Al-Fatiha.
Dia punya 99 nama, tapi kenapa al-fatiha tidak berbunyi alhamdulil rahim, alhamdulil hakim, alhamdulil rahman dll, karena Allah mempermudah kita mengucapkan satu kata Allah yang itu merangkum semua 99 namanya. Alhamdulillah, kita berterimakasih atas segala semua yang tersebut dalam 99 namaNya. Baik kita memikirkannya atau tidak. Allah memudahkan kita.

Rabbil ‘alamin
Rabb memiliki banyak arti. Dalam bahasa arab dasar, Rabb berarti malik, mun’im, murobi, wal sayid, qoyyim.

Malik= owner= pemilik. Dan Kita ini propertinya Allah.
Murobi= seseorang yang merawat sesuatu dan memastikan tumbuh.
Apakah mungkin kita memiliki sesuatu tanpa merawatnya?
Rabb itu berarti pemilik sekaligus perawat dan menjaga terus-menerus.

Intisari Quran, terimalah Allah sebagai Rabb dan kita sebagai abd/hamba/budak.
Abd (budak/hamba) adalah seseorang yang tak bisa membuat keputusannya sendiri.

Beda budak dan karyawan: Karyawan dibatasi waktu selebihnya dia bebas. Sementara budak tidak. Ketika tidur atau bekerja atau melakukan apapun, kapanpun, dimanapun dia tetap budak. Budak melakukan sesuatu sesuai instruksi tuannya.

           Sampai sini saya berpikir, mestinya frasa Employee of Allah itu, kata employee diartikan hamba/budakNya Allah bukan sebatas karyawanNya Allah. Walaupun maksudnya tetap mengarah kepada hal yang sama, tapi kalau dipikir benar juga, karyawan itu punya jam kerja, kalau budak kan tidak.

            Atau mungkin, employee-nya diganti dengan the servant/slave of Allah gitu, ya?
Yah, begitulah ^_^

Orang banyak yang abai dengan al-fatiha, kita mengakui Allah sebagai pencipta tetapi tidak sebagai Rabb. Karena kita tidak memposisikan diri sebaga hamba (budak).

‘alamin = dunianya manusia (manusia di segala generasi dan bangsa, segala periode dari Adam sampai akhir).

Ar-Rahman Ar-Rahim
Ustadz Nouman Ali membuka bahasan rahman-rahim ini dengan menarik akar kata keduanya, yakni Rahm (kira-kira menit ke 1.07…). Ini adalah menit-menit yang membuat saya berdebar. Serentang tiga puluh empat tahun setengah diberi usia, baru kali ini saya memahami dengan sangat baik arti nama yang disematkan orangtua kepada saya. Dan bahwa saya mengetahuinya dari Ustaz Nouman Ali, lebih-lebih ini menyangkut dua nama Allah, rasanya hati benar-benar terpilin.

Rahm memiliki arti utama love (cinta), lalu concern (peduli), dan yang terakhir mercy (belaskasih).

Out of topic, tiga kata di atas benar-benar tak hanya menarik simpul arti sebuah nama (Dwi Asih Rahmawati), tapi saya jadi melongok jauh tentang apa cita-cita, tujuan dan ambisi terbesar dalam hidup saya. Bahwa saya terobsesi dengan keluarga yang penuh cinta dan kasih sayang –sakinahmawaddahwarahmah-,  pun terobsesi untuk selalu bisa membantu sesama dan bermanfaat, juga terobsesi dengan persahabatan yang tulus, dan segala hal-hal yang semacam itu. Saya jadi berpikir, walau ini tidak ilmiah, bahwa ternyata nama dapat menjadi panduan tak kasat mata bagi penyandangnya untuk berjalan seperti apa yang termakna di dalamnya.
Yah, mungkin begitulah.

Mari lanjutkan.
Sekarang, apa bedanya rahman and rahim?

Ar-Rahman punya 3 sifat:
1.Ekstrim dan melebihi ekspektasi (Allah tak hanya mencintai tapi mencintai lebih dari ekspektasimu). Seberapapun kamu mengira cintanya Allah padamu, Allah mencintaimu lebih ekstrim dari perkiraanmu.
2. Terjadi secara langsung (sekarang, tidak harus kamu minta terlebih dahulu).
3. Temporary/bersifat sementara. Dalam bahasa arab, kata yg ditambahkan –an- bersifat ektrim tapi tidak permanen. Bersifat sementara karena ada sesuatu yang menyingkirkannya. Apabila kamu melakukan sesuatu yang buruk secara terus-menerus, maka rahman itu akan tersingkir.

Sifat Ar-Rahim:
1.       Permanen.
2.    Not necessary right now (tak harus sekarang). Misal; ibuku penyayang. Itu sifat yang permanen, tapi apakah saat ini beliau sedang marah (kurang sayangnya)/tidak, itu hal lain.

Tak ada yang lebih baik tentang cinta dan kasih sayang kecuali Ar-rahman ar-rahiim.
Kenapa Allah tempatkan Ar-rahman terlebih dahulu ketimbang Ar-rahiim?
Karena Allah ngerti budak-budakNya ini, bila (misalnya) sedang ada masalah, selalu menginginkan masalah itu tuntas sekarang. Budak-budak perlu DICINTAI saat ini. Dan apabila kebutuhan saat ini/hari ini terpenuhi, budak-budak mulai memikirkan masa depan. Maka hadirlah Ar-rahiim yang permanen di belakangnya.

Ibnu Abbas ra mengatakan; Ar-rahman untuk kehidupan dunia dan Ar-rahiim untuk kehidupan akhirat. Ia melihat bahwa dunia ini sementara (temporer) dan akhirat selamanya (permanen).

Pada menit kira-kira ke 1.23… , saya sungguh merasa dijewer.
Ketika Allah hanya memiliki Ar-rahman dan ar-ahiim, maka banyak budak yang memanfaatkan itu untuk melampaui batas (ngelunjak). Karenanya Dia hadirkan Malikiyaumiddin. Jangan pernah berpikir kita aman ketika melewati batas karena Allah itu rahman dan rahim. Sebab Dia akan tetap berlaku adil terhadap budak yang terus berbuat salah kepadaNya.

Ustadz ngasi kisah, seorang Tuan mengatakan pada budaknya, “Kamu bebas ya aktivitas apapun, terserah, selama kamu berada di dalam garis yang kubuat ini.” Si budak manut. Si Tuan pergi ke luar, duduk di teras.

Suatu ketika, tanpa sengaja si budak berjalan mendekati garis, pas di dekat garis, ia terjatuh melewati garis. Budak ini takut. Dia melongok-longok ke teras, memastikan tuannya tak melihat. Tapi tuannya melihat. Karena tak sengaja, tuannya hanya tersenyum saja. Lantas si budak berdiri, mengibas-ngibaskan kotoran di badannya dan aman.

Esoknya si budak mendekati garis lagi, ia melongok tuannya di teras. Dia ingin mencoba menginjak garis. Diinjaknya, ah, tuan aman. Besoknya dia coba melangkah ke luar garis, sambil melongok tuannya, ah, aman lagi. Esoknya lagi dia telah terbiasa berjalan ke luar garis, merasa tetap aman. Hingga pada suatu ketika sang tuan memanggil dengan sebuah buku catatan, “Budakku, sini-sini. Memang selama ini aku diam, tapi aku mencatat berapa kali kamu melewati batas.”

“Habislah saya!”
Ya, habislah saya apabila kelak nasib saya seperti budak yang akhirnya terpaksa harus diadili seperti di atas. Saya sempat agak lama pause video pada bagian ini dan merenungi seberapa sering saya melompati batas. Bila tidak mengingat bahwa saya masih bisa bertaubat dan rahmat Allah seluas langit bumi, saya rasa-rasa nggak sanggup melanjutkan video. *semoga bukan taubat receh.

Next.
Tiga ayat pertama al-fatiha adalah bagian yang paling komplit tentang siapa Allah di dalam Quran. Jika kita sudah menerima tiga ayat di atas, maka dengan rela hati kita akan berkata iyyakana’buduwa iyyakanastain.
Allah nggak pernah memaksa kita jadi hamba/budakNya. Tetapi dengan pemahaman bahwa Allah itu Tuan yang mencipta kita dan selalu merawat tanpa henti, Dia juga memiliki cinta yang ekstrim dll, kita diberi pilihan untuk datang menghamba kepada Allah. Mau atau tidak, terserah.
Allah sudah mencintai setiap orang bahkan sebelum kita memilih mau berserah atau tidak.

Nastai’n (istiana) = bantuan yang spesifik.
Misal; suatu ketika kamu sedang berkendara dan banmu kempes di pinggir jalan. Kamu ambil ban serep sendiri, dongkrak sendiri dan ngos-ngosan tak sanggup. Lantas ada orang lewat dan kamu minta tolong, ditolongin, ini namanya istiana.

Orang pemalas tidak akan bisa meminta bantuan sejenis istiana, karena bantuan sejenis istiana ini hanya diberikan pada orang yang telah berusaha terlebih dahulu.  Jadi, kalau kita bilang iyyakana’buduwa iyyakanatain, dalam artian bebas kira-kir akan seperti ini; “Ya Allah, hamba sedang mencoba. Pun sudah hamba coba sejak kemarin-dan kemarinnya lagi dan Engkau melihatnya. Sekarang hamba butuh bantuanMu, butuh pertolonganMu…”

Sampai di sini, yang nulis ini nangis, karena lagi nggak shalat dan jadi pingin shalat.
Bayangkan betapa bertenaganya shalat kita bahkan walau baru membaca alfatiha. Terkhusus pada iyyakana’buduwaiyya ka-nasta’in hati akan senantiasa melirih;
"Allah, hamba sudah berusaha, sungguh-sungguh telah berusaha dan Engkau melihatnya, hamba nggak sanggup ya Allah. Hamba nggak sanggup melewati ini tanpa pertolonganMu…"

Kajiannya masih satu jam lagi, tapi saya nggak sanggup, jadi kita sambung besok lagi ^_^


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih sudah meninggalkan komentar. Mohon untuk selalu berkomentar dengan bahasa yang baik dan tidak SARA, ya.