Laman

Sabtu, 10 Februari 2018

Muhasabah-muhasabah yang Mengiringi Bunda; Kisah Cinta 2 Kodi

“Sebenarnya yang paling berbahaya di rumah tangga itu bukan perselisihan pendapat atau pertengkaran. Yang lebih berbahaya itu sebenarnya adalah luka-luka yang terus disimpan.”

Di atas adalah pembuka dari tulisan produser Film Bunda; Kisah Cinta 2 Kodi (Kang Rendy Saputra) yang beliau posting di sosmed dan viral lebih 1000x share. Beberapa hari lalu saat membaca tulisan itu, Dina (bukan nama sebenarnya) langsung bergumam, “Rumah tangga tanpa pertengkaran tapi menyimpan luka, wah, ini film saya banget.”

Tapi, untuk menontonnya apalagi bersama Andi sang suami, memangnya, kapan pulang sih beliau itu?

***

Andi masuk ke rumah tepat sebelum azan Isya, Kamis malam lalu. Anak-anak segera riuh menyambutnya, “Ayah, hore ayah pulang.”

Dina gegas menyiapkan secangkir teh, namun Andi langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.  Usai mandi ia salat, lantas makan. Tak jauh darinya, Dina sibuk menulis entah apa di laptopnya. Dan malam itu ditutup dengan tidur yang damai, seolah semua berjalan aman tanpa suatu masalah. Padahal, mereka –Andi dan Dina- belum lagi bersapa semenjak Andi  meninggalkan rumah untuk sebuah keperluan dan hanya pulang satu kali dalam sepekan (Kamis malam-Jumat).

Pukul empat jelang subuh, Dina mendapat pesan WA “Doakan aku” dari kerabat yang sudah ia anggap sebagai kakak. Terserta sebuah gambar yang menampilkan beberapa tas dan koper yang tergolek di pinggir sebuah jalan protokol ibukota yang masih sangat lengang. Apa-apaan pikir Dina, ini masih pukul empat pagi. Dan ada apa dengan sang kakak?

Maka mengalirlah kisah teramat pedih. Tentang pengusiran, tentang perusahaan miliknya yang diambil paksa oleh keluarganya, tentang klien-kliennya yang kabur darinya, tentang fitnah, tentang airmata yang bandang tak sudah-sudah dan membuat kelopak matanya bengap seperti habis disengat lebah. Dina amat tak tega melihat selembar foto wajah sang kakak. Amat sangat tak tega.

“Kakak kenapa?”

Akhirnya Andi membuka obrolan dengan Dina, di WA, itupun setelah ia melihat foto yang diunggah Dina di grup ‘keluarga’ demi meminta doa. Dan Dina ringan hati menceritakan. Andi tersentuh. Dina sekonyong mendapat ide dan kesempatan.

“Ayah, makanya Ayah tuh ajak Mama ngobrol, dong. Biar kita tuh nggak kayak kakak.”
“Kan udah ngobrol kita ini.”
“Ayah usaha gimanalah bikin mama jatuh cinta sama Ayah. Ajak ngobrol serius kek, apa kek.”
“Ayuk kita nonton film Bunda.”
***

Film Bunda: Kisah Cinta 2 Kodi bercerita tentang seorang wanita bernama Tika (Acha Septriasa) yang harus berjuang keras demi memperjuangkan mimpi sekaligus menyelamatkan ekonomi keluarga semenjak proyek Fahrul suaminya (Ario Bayu) merugi dengan meninggalkan banyak utang. Perjuangan Tika dimulai dengan berbisnis baju muslim anak.
Film ini dirasakan Dina amat lambat pada menit-menit awal. Dina berharap lekas ada konflik. Konflik yang bukan pertengkaran seperti yang ditulis produsernya dan menjadi viral itu. Namun sayang, konflik yang muncul pertama kali justru sesuatu yang membuat tokoh-tokohnya bertengkar
Ah, Dina mendesah. Ini bukan filmnya. Ia dan Andi tak pernah bertengkar seperti itu. Dina tak pernah berkata keras, tak pernah membentak, tak pernah mengumbar emosi hingga menderaikan airmatanya di depan Andi. Tapi Dina bersabar menonton Cinta 2 Kodi. Hingga konflik yang bukan bertengkar itu tertangkap oleh Dina ketika adegan Fahrul ‘menghilangkan’ dua gulung kain yang amat penting bagi Tika.
Di depan para penjahit, Tika meluapkan emosi dengan begitu berapi-api kepada suaminya. Bahwa kain itu penting. Bahwa bagaimana bisa pekerjaan demikian mudah dikerjakan dengan ceroboh dst. Dan sang suami, mendapati harga dirinya dijatuhkan di depan banyak orang, dia hanya diam. DIAM. Inilah awalnya. Dina menangkap maksud produsernya. Ternyata, yang pendiam dan menyimpan luka adalah suaminya J
Film Bunda; Cinta 2 Kodi menampilkan watak wanita yang gigih berjuang meraih mimpi. Tak peduli lelah, tak peduli gagal, tak peduli dengan batin yang sumpek dan marah-marah pada apapun yang tak sesuai rencananya menjadi sebuah keniscayaan, termasuk marah-marah kepada dua peri kecilnya.
Hidup Tika adalah soal angka. Kesuksesan adalah angka. Menonton itu, Dina menggeleng, syukurlah, kepalaku jauh dari sederet angka seperti itu, batinnya.
Dan ending film ini, menampilkan kemenangan pada hati yang memaafkan. Sosok yang selalu mengalah dan diam-diam menyimpan luka digambarkan memaafkan dengan sepenuh jiwa. Dina membenak lagi, jadi begitulah, belajarlah untuk selalu memaafkan…
***
“Mama baru chat kakak, memastikan dia sudah makan,” Dina membuka obrolan saat jalan pulang. Andi menyimak penuh. Pada bagian tertentu, Andi mengatakan sulit menerima logika kakak.
Dina berusaha mengurainya, “Kakak itu sudah terbiasa hidup mandiri puluhan tahun. Nggak bisalah instan mengubah ritme hidup orang. Pelan-pelan, dong. Coba deh di film tadi, suaminya kepayahan handle istri yang salah satu sebabnya karena si istri mandiri, walaupun apa yang diperjuangkan semata-mata demi keluarga. O, jangankan mereka, mama saja yang hidup dari nafkah, ayah kesulitan handle mama, kan?”
“Nggak, tuh,” jawab Andi mantap.
Dina melongo, “Masa? Bukannya selama ini kesulitan, ya?”
“Sulit gimana? Justru mama tuh perempuan yang sudah jadi. Nggak perlu harus ayah handle. Mama sudah paham harus melakukan apa, nggak mungkin kan mama ngelakuin yang enggak-enggak?”
“Ayah ngerasa aman?”
“Ya.”
Dina melengos. Masih ingin bersuara tapi mereka telah sampai di sebuah warung bakso.
***
Bunda; Kisah Cinta 2 Kodi adalah film drama keluarga yang menampilkan citra keluarga perkotaan masa kini. Walau based on an old story, tapi keseluruhannya tetap menampilkan realitas masa kini. Film ini layak ditonton pasangan suami istri untuk kemudian memunculkan senarai dialog dan kejujuran, yang mungkin akan terdengar sedikit menyakitkan, namun penting demi sebuah muhasabah keluarga yang memimpikan sakinah mawaddah warahmah.
Keluarga muslim, pergilan ke bioskop dan serap energi positif tentang kuatnya tekad untuk bangkit dari keterpurukan, serta kekuatan luhur untuk memaafkan. Sisanya, semoga Allah menolong rumahtangga kita, keluarga kita, untuk kelak bersama-sama memasuki jannahNya.
Tentang Dina dan Andi, mereka bukan tokoh fiktif. Anggap saja mereka lilin, sedikit menyakiti diri untuk memberi penerangan pada ruang terdekat. Ambillah sedikit cahayanya, bila ada. Dan semoga ada ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih sudah meninggalkan komentar. Mohon untuk selalu berkomentar dengan bahasa yang baik dan tidak SARA, ya.