Laman

Minggu, 17 November 2019

Love is You

Dahulu saya berpikir, selawat yang dilantukan para muslimin hanya berfungsi untuk meraih syafaat dari Baginda Nabi Muhammad Saw. Jika hanya demikian, apakah tak cukup istigfar dan tahlil yang dipanjatkan langsung kepada Allah? Bukankah sudah sangat manjur memohon langsung pada Allah, yang tiada zat apapun lagi yang lebih kuasa dari Dia untuk menolong kita?

Apa yang saya pikirkan ini membuat saya sangat sedikit berselawat. Saya menganggap istigfar dan kalimat-kalimat thayyibah (tahlil, tahmid, tasbih) yang tertuju kepada Allah sudah sangat cukup, tak terlalu pentinglah wasilah (perantara) selawat itu.

Namun, sebuah peristiwa kecil menyadarkan saya. Sebuah peristiwa ‘jatuh cinta’ yang memberikan pemahaman mendalam tentang makna selawat.

Saya diam-diam mengagumi sesosok yang banyak kebaikan ada padanya. Saya begitu senang bila seseorang menyebut namanya. Hati saya berdesir bila ada seseorang melafalkan namanya. Saya pun gembira manakala memperbincangkannya, tak ingin sudah, tak pernah bosan. Saya bahagia bahkan ketika baru membayangkan hidup dekat dengannya.

Cinta. 

Ya, cinta adalah hakikat selawat.

Allah sendiri yang menyebut bahwa Muhammad Saw adalah kekasihNya. Allah sangat-sangat mencintai Muhammad. Dan sebagaimana saya selalu gembira jika ada yang menyebut-nyebut nama orang yang saya kagumi dan cintai, maka demikian juga Dia. Allah senang, suka, gembira jika hamba-hambaNya menyebut-nyebut kekasihNya (berselawat).

Perhatikanlah, apakah ada ibadah yang Allah perintahkan untuk dilakukan umatNya tapi Dia juga melakukannya?

Allah perintahkan salat, puasa, zakat, dll tapi Allah tak lakukan itu. Namun, ketika Allah perintahkan selawat atas Muhammad Saw, Dia pun melakukannya. Allah pun berselawat atas kekasihNya. Saking Dia cintanya. Saking Dia menyayangi Muhammad. Sama, sebab saya terlalu cinta dengan sosok penuh kebaikan itu, saya pun ingin selalu merafal namanya, saya pun senang mendengar orang lain menyebut namanya.

Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikatNya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” QS.Al-Ahzab: 56

Aduhai manis sekali informasi dari ayat di atas. Allah berselawat terlebih dahulu barulah memerintahkan kita untuk melakukannya. Seolah-olah Dia mengatakan, “Gaes, Aku lho dengan senang hati selawat, masa kamu enggak?”  

Saya tertunduk pada suatu hari yang lengang, menekur-nekuri betapa Allah sangat berbaik hari kepada saya. Saya yang bodoh dan fakir ilmu ini perlu diajarkan tentang keutamaan selawat melalui sesosok yang memiliki banyak kebaikan agar saya jatuh cinta kepadanya dan pada akhirnya dapat merasakan keagungan cinta Allah pada kekasihNya.

KH.Bakhiet, pemilik pesantren Bustanul Muhibbin, Kalimantan Selatan mengatakan dalam satu sesi ceramahnya, “Ibadah-ibadah yang kita lakukan belum tentu diterima oleh Allah. Istigfar kita, jika tanpa keikhlasan, tidak akan diterima. Demikian juga ibadah-ibadah lainnya. Tapi selawat, meskipun tanpa diiringi keikhlasan, Allah tetap akan menerimanya. Selawat adalah ibadah yang tak pernah tertolak.”

Allahumma shalli ala Muhammad wa’ala ali Muhammad.

Bulu-bulu kuduk saya meremang ketika menyadari hal ini. Betapa dahsyatnya kekuatan cinta itu. Cinta. Ya, cinta.

Saya membayangkan sebuah adegan, ketika bos di kantormu sedang marah, maka cepat-cepatlah kau sebut nama seseorang yang dicintainya. Niscaya kemarahannya sirna seketika. Begitupun Allah, semarah-marahnya Dia pada kita yang kerap membangkang, namun apabila kita sebut kekasihNya Muhammad Saw, maka Dia akan tersenyum. Sekonyong-konyong membuka tangan pada kita dan menerima selawat kita.

Oh betapa indahnya. Betapa romantisnya Allah.

Allahumma shalli ala Muhammad wa’ala ali Muhammad.

Saya juga membayangkan sebuah adegan, ketika banyak teman kantormu sulit berurusan dengan bos, pekerjaan selalu di-hold, maka ketika kau menyebut nama kekasih hatinya, sangat mungkin kau akan dibukakan pintu dan urusanmu lekas beres. Hal ini persis ketika kita berdoa tanpa diiringi selawat pada awal dan akhirnya, maka doa-doa kita akan tertahan di pintu-pintu langit. Tapi ketika kita memulai doa dengan membisikkan nama kekasihNya, mengakhirinya dengan kembali menyebut nama kekasihNya, maka selawat itu akan menjadi sayap yang menerbangkan doamu tinggi. Dia yang gembira akan meminta para malaikat membuka pintu-pintu langit agar doamu cepat sampai.

Cinta. Ialah sebuah kekuatan cinta dari yang Maha Cinta.

Benarlah bahwa kita memerlukan syafaat Baginda Nabi sang manusia utama itu dengan amalan selawat. Namun lebih tinggi dari itu, kita butuh kepada kasih sayang dan rahmat Allah. Selawat itu adalah ‘bujuk’ dan ‘rayu’ agar rahmat dan pertolonganNya datang kepada kita. Kita merayuNya dengan menyanjung-nyanjung kekasihNya. Bahkan, jika kita sekali berselawat, Dia akan membalasnya sepuluh kali.

Imam Nawawi mengatakan, maksud balasan sepuluh kali ialah berupa rahmat Allah yang dilipatgandakan.

Barangsiapa yang bershalawat kepadaku sekali, maka Allah akan bershalawat kepadanya sepuluh kali.” HR. Muslim.

Betapa, inilah kisah romansa yang tak lekang sepanjang usia semesta hingga akhirnya kelak langit dihancurkan dan bintang gemintang jatuh berserakan. Kisah cinta abadi itu ialah kisah cinta antara Allah dan kekasihNya.

Allahumma shalli ala Muhammad wa’ala ali Muhammad.
  
Mendadak merasa penuh cinta, terimakasih untukmu,

171119

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih sudah meninggalkan komentar. Mohon untuk selalu berkomentar dengan bahasa yang baik dan tidak SARA, ya.