Saat hamil anak
ketiga dan tahu jenis kelaminnya laki-laki melalui USG, saya cermat mencari
nama. Anak pertama bulat-bulat diberi nama oleh ayahnya. Nama anak kedua hasil
rembug keroyokan (ayah-mama-mbah). Nah anak yang ketiga, pokoknya sayalah yang akan
memilihkan namanya, bulat-bulat.
Lama
merancang nama, saat hamil tua bulan Desember 2013 kami pindah dari Batam ke
Medan. Awal Januari 2014 lahir si Thole. Saat bersiap menyematkan namanya, tiba-tiba
kakek si Thole alias bapak mertua memberi instruksi; “Bawa ke guru ngaji bapak,
biar dikasi nama sama guru bapak.”
Tamatlah
riwayat nama yang sudah dirancang berbulan-bulan. Maklum, kakeknya Thole ini
mantan bos, pantang dibantah apa yang sudah keluar dari bibirnya. Ya sudah
terserah. Saya protes juga percuma. TERSERAH. *Sambil ngambek dua-tiga pekan.
Sulthan
Nashir. Jadilah ini nama yang diberi guru ngaji si kakek. Diambil dari surat Al-Israa,
akhir ayat ke-delapan puluh; …sulthonan nashiiro yang arti tekstualnya kekuasaan
yang menolong. Sementara secara bebas, sulthan nashir diartikan
sebagai penguasa (pemimpin) yang senantiasa memberi pertolongan.
Saya
masih belum sepenuhnya lapang menerima nama anak ketiga ini hingga berpuluh-puluh
purnama kemudian, saya menonton kajian Ustadz Nouman Ali Khan (lupa judulnya)
yang menyinggung soal makna nashir.
Bahwa
nashir (nasrh) itu adalah salah satu jenis pertolongan Allah (ada banyak jenis
pertolongan Allah). Nashr itu jenis pertolongan yang sangat massif/besar-besaran/menyeluruh.
Seperti misalnya sebuah Negara sedang mendapat serangan dari musuh, maka Negara
yang diserang itu mendapat bantuan yang sangat masif untuk melawan musuh,
misalnya sekian juta tentara dll.
Ketika
mendengar ceramah inilah saya baru benar-benar merasa lapang. O, mungkin Allah izinkan
anak ketiga ini bernama Sulthan Nashir sebab barangkali kelak takdirnya akan
menjadi pemimpin yang senantiasa memberi pertolongan dengan masif/besar-besaran/menyeluruh
kepada rakyatnya.
Apalagi
ketika membuka surat An-Nashr (pertolongan); idza jaa anashrullahi walfath
(apabila telah datang dukungan/pertolongan Allah dan kemenangan). Sudah, meleleh
seketika hati yang dulu keras untuk menolak nama sebaik ini.
Baiklah, saya
terima. Saya terima dengan sukacita pada akhirnya.
^^^
Tadi
saat mengaji nasta’in pada surat Al-Fatiha, disebut oleh Ustadz Nouman
Ali bahwa nasta’in (istiana) itu bentuk pertolongan Allah yang sifatnya
spesifik. Kita harus berupaya terlebih dahulu agar Allah menurunkan istiana
(pertolongan yang spesifik) ini.
Nabi
Ibrahim harus berupaya dulu masuk ke dalam api untuk kemudian Allah
mendinginkan api itu. Nabi Musa harus mau berpayah-payah ‘melawan’ Firaun baru
Allah menurunkan istiana menenggelamkan mereka. Dan kita harus berupaya
semaksimal yang kita bisa agar Allah memberikan istiana pada kita. *backsound-nya,
tobat Wik, tobat. Errrg J
Dan
hebatnya, ketika kita shalat dan membaca iyyakana’budu waiyyaka nasta’in,
dan tak mungkin kita mengingat satu demi satu masalah sebab saking banyaknya masalah
(agama, RT, finasial, dll), maka Allah membuatnya itu sudah satu paket. Nasta’in,
berarti apapun masalahmu, asal kamu sudah berupaya, Allah akan menolongmu.
Soal
nasta’in ini, saya jadi ingat kajian Ustadz Adi Hidayat, kata beliau, mestinya,
orang kalau sudah shalat itu kelar apapun masalah hidupnya. Sebab berdirinya,
duduknya dan sujudnya orang shalat itu berisi permohontolongan kita kepada
Allah. Lha kalau kita shalat tapi hati masih sempit aja, kepala masih ruwet
aja, utang banyak aja, ya coba shalatnya dikoreksi.
Nah
yang terakhir, ini saya banget, koreksi shalat, Mboke :)
Trus ini intinya apa?
Nggak
ada, hanya ‘curhat’ plus-plus saja. Plus dibaca orang suatu hari
nanti, plus menginspirasi orang suatu saat nanti, plus ada yang
tersentuh hatinya dan berubah jadi lebih baik satu masa nanti. Tugas saya cuma ‘curhat’
doang. Allah sudah kasi Qur’an dan Allah butuh Nabi-nabi hingga komponen paling
kecil kita-kita ini untuk menyebarkan Qur’an ini.
Sifat Qur'an ini serupa hujan. Dia menyejukkan, menghidupkan, menyuburkan, membuahkan. Bedanya, hujan tak perlu perantara (dari Allah langsung menyebar) sementara Qur'an pada masa sekarang ini butuh kita-kita sebagai agenNya.
Semoga
lain kali saya bisa bagi kajian tentang sifat-sifat pertolongan Allah yang lain
selain yang sudah tersebut dua di atas (Nashr dan Nasta’in).
Alhamdulillah… *berasa ustadzah turun mimbar hehe
astagfirullahaladziim :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih sudah meninggalkan komentar. Mohon untuk selalu berkomentar dengan bahasa yang baik dan tidak SARA, ya.