"Aku melihatnya pertama kali saat ia mengikut kerja ayahnya, mengurus kuda, belasan tahun lalu."
Hai, Tobi, maaf aku langsung bercerita. Kuharap kau tak marah aku tak menanyakan kabarmu terlebih dahulu. Aku yakin, pada tiap-tiap siang dan malam yang dipergilirkan, engkau selalu ada dalam penjagaanNya.
Itu tadi kata-kata Bibi Selena saat kami sampai di sebuah kebun yang disulap menjadi tempat upacara pernikahan. Kau tahu Tobi, gladiol putih dan pink dirangkai menjadi gerbang menuju altar pernikahan yang bersisian dengan sebuah danau. Sekawanan angsa bermain di danau itu. Sementara di altar, ribuan mawar putih menghiasi tiap-tiap sudutnya. Aku yakin kau bisa mencium semerbak mawar yang mekar dan tersiram embun di pagi hari, Tobi.
Belum banyak -bahkan belum ada satupun- tamu yang datang. Hanya ada beberapa orang pihak keluarga dan Bibi Selena menyuruhku bersabar. "Bibi sengaja mengajakmu datang lebih awal agar bisa mengisahkan tentang dia, mempelai wanita yang pada dirinya tertimbun cintaku."
Aku mengangguk takzim pada Bibi dan dengan senang hati menikmati kisahnya.
"Dia masih kelas enam sekolah dasar, tubuhnya mungil namun gerakannya sengat lincah memandikan kuda. Ia bahkan tak canggung, tak sedikitpun mengeluh saat kotoran kuda jatuh di dekatnya. Saat kutanya kenapa dia mengikut ayahnya bekerja, matanya berbinar dan bibirnya melengkung lebar. Ia harus bekerja jika ingin melanjutkan sekolah."
Petugas katering datang. Mereka menata hidangan di atas meja-meja bertaplak putih dengan renda di kelilingnya. Tobi, kau sudah makan siang tadi, bukan?
"Anak yang memandikan kuda itu mengingatkanku pada pria yang rambutnya sudah sewarna tembaga. Dia, saat kami masih akur dahulu sekali, beberapa kali mengajakku ke rumah singgah dan kadang menyusuri stasiun kereta untuk bertemu anak-anak asuhnya. Dia terlalu sibuk bekerja agar dapat merangkul anak-anak jalanan dan menumbuhkan sepotong impian akan masa depan. Dan aku, demi Tuhan, tidak sengaja mengatakannya sebagai mesin."
Di langit, kabut sempurna menyingkir dan angin bersemilir lembut. Beruntung saat itu hari sangat cerah, Tobi. Bibi Selena menyentuh pundakku sebelum akhirnya melanjutkan.
"Ingatan pada pria itu membuatku secara impulsif mengulurkan tangan pada bocah itu. Aku ingin ia meraih impiannya tanpa perlu bersusah payah terkena kotoran kuda. Sejak saat itu aku menolongnya. Setiap hatiku diliputi rindu pada kekasihku, aku akan datang kepada bocah itu menyerahkan bantuan. Ia akan menyimpannya. Untuk membayar biaya sekolah dan mencukupi kebutuhan belajarnya, hingga ia menjadi sarjana."
Wow. adakah cinta yang lebih mulia daripada membelah diri dalam kebaikan, Tobi? Aku takjub pada Bibi Selena hingga tak sadar mempelai wanita tiba.
"Itu dia... "
Tobi, oh Tuhan, rasa-rasanya, dia adalah mempelai wanita paling cantik yang pernah kutemui. Aku mengikut langkah kaki Bibi yang panjang-panjang untuk memberi ucapan padanya. Dan kau tahu, Tobi, dia memanggil Bibi dengan 'nande'.
Aku dikepung haru saat Bibi dan wanita itu berangkulan. Seolah-olah wanita itu mengatakan, terimakasih telah menjadi ibu peri bagi kehidupanku. Di antara haru dan tamu yang mulai berdatangan, Bibi memperkenalkanku pada wanita itu. Lalu kami berfoto bersama dan Bibi lekas berpamitan setelahnya.
Aku dan wanita itu sama tertegunnya. Kenapa kami harus pulang bahkan sebelum melihat mempelai prianya? Bibi membungkus semua tanya dengan selembar senyum hangat seperti tunas-tunas yang muncul setelah musim dingin berakhir.
"Suatu saat kau akan mengerti, Anna," jawab Bibi Selena saat kami menjauh dari pesta kebun yang mulai ramai.
Aku jail bertanya, "sebesar apa cinta Bibi pada pria berambut tembaga?"
Dan Bibi menggeleng, "cinta itu tentang berbagi, Anna. Bukan tentang ukuran karena kau tak akan sanggup mengukurnya."
Tobi, aku mencatat dalam surat ini. Untuk terus kuingat, bahwa cinta itu tentang berbagi dan membelah diri.
#30Harimenulissuratcinta hari ke-10
hmm.. tragis ya. tapi ya cinta itu ada bagian bahagianya juga kan?
BalasHapusjangan lupa menuliskannya ya
-Ikavuje
siap, kakak...
Hapus"cinta itu tentang berbagi, Anna. Bukan tentang ukuran karena kau tak akan sanggup mengukurnya."
BalasHapushiks