Jangan baper ya.
Begitu tulis Ko Steven Indra Wibowo di
dalam status FB beliau. Konten status beliau adalah tentang mualaf yang
mendapat pesan ‘menusuk’ dari keluarga. Juga sebuah pesan pertanyaan dari
seorang Paman Ko Steven yang menanyakan “Kapan kembali melayani di Gereja?”
Jangan baper ya…
Oh, bagaimana mungkin saya tidak baper? Untuk kasus mualaf
yang dikirimi pesan-pesan menusuk oleh keluarganya, saya bayangkan bila itu
menimpa diri saya. Oh pasti saya baper. Jangankan ujian yang menimpa mualaf,
terhadap muslim yang baru hijrah dari Islam KTP kepada Islam yang kaffah juga
bapernya luar biasa.
Dikatakan sok suci, sok benar sendiri, aneh, sedikit-sedikit
kok agama, sedikit-sedikit kok surga neraka dll, ini sungguh membuat baper.
Dan baper pangkat entah berapa melanda saya manakala membaca
pesan dari Paman Ko Steven. ‘Kapan balik melayani ke gereja?’
Ya Allah, apakah hambaMu yang ini terlalu baper?
Hamba baper ya Allah...
Demi Engkau yang ubun-ubun hamba
berada dalam genggamanMu, sungguh hamba baper dengan pesan itu. Memang Ko
Steven, beliau sekarang sedang dalam keteguhan iman Islam. Ia bahkan menjadi ‘wasilah’
cahaya Islam bagi orang-orang yang Kau kehendaki untuk hijrah. Totalitasnya berjuang
di Mualaf Center Indonesia juga menancapkan keyakinan -yang dalam
hitung-hitungan logika- bahwa ia tak mungkin akan kembali kepada keyakinan
sebelumnya dan menjalani aktifitasnya sebagai frater.
Tapi siapalah kami yang lemah ini bila berhadapan dengan
kuasaMu ya Rabb?
Sungguh hidayah hanya milikMu. Bila tidak kami selalu
memohon untuk selalu kau ikat dalam jalan hidayahMu dan istiqomah di dalamnya,
kami sungguh akan gampang tergelincir. Karena kami rapuh, kami lemah dan sama
sekali tak berdaya.
^^^
Saya teringat sebuah kisah nyata yang disampaikan Ust Oemar Mita dalam
ceramah berjudul ‘Ketika Cintamu Diuji’.
Ini kisah tentang seorang ustadz di sebuah desa di Kudus. Beliau diuji Allah
dengan kehadiran anak pertama yang buta. Anak kedua juga buta. Saat istrinya hamil anak
ketiga, beliau berdoa pada Allah agar anak berikutnya terlahir normal agar kelak
bisa menuntun kedua kakaknya yang buta. Alhamdulillah ‘ala kulli hal, Allah
menakdirkan anaknya kembali buta.
Beliau seorang ustadz dan imam di masjid desa. Namun beliau tak
sanggup memikul titipan anak buta. Beliau goyah dan merasa Allah tak ada karena
tak bisa mendengar doanya. Beliau mulai absen ke masjid, tak lagi mengisi khutbah
Jumat dan yang lainnya. Bahkan, terhadap orang-orang (mantan jamaahnya) yang
lewat depan rumahnya menuju masjid kerapkali beliau katakan, “Ngapain kalian ke
masjid? Allah itu nggak ada.” Dst.
Beliau yang dahulunya shaleh, akhirnya meninggal dalam
keadaan tidak memercayai Allah.
Maka, cukuplah kisah nyata di atas sebagai bahan bakar
ke-baper-an saya atas sebuah pesan yang dilayangkan kepada Ko Steven.
Ya Allah, hamba baper. Dan hamba cuma punya doa, jagalah
hamba, anak-anak, suami, orangtua, saudara seiman termasuk para mualaf wa bil
khusus Ko Steven… Jagalah langkah kami semua agar tidak meleset walau sedikit,
ke luar dari jalanMu. Engkau Allah ya Latif, lembutkanlah
hati kami agar kami senantiasa peka terhadap hidayah dan taufikMu. Tetapkan keimanan
dalam dada kami hingga kelak Kau jemput kami dalam keadaan khusnul khatimah.
Ya Allah, bimbinglah baper-bapernya hamba hanya untuk baper
yang terkait Engkau, agamaMu, RasulMu juga KitabMu. Aamiin Ya Mujibassailiin….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih sudah meninggalkan komentar. Mohon untuk selalu berkomentar dengan bahasa yang baik dan tidak SARA, ya.