Assalamualaikum, Bu, apa kabar di sana?
Di sini, di dunia yang fananya menipu segala indra ini,
semalam aku sudah mengatakan apa yang semestinya kukatakan kepada cucu
sulungmu.
Dia sudah kelas lima sekarang, Bu. Dua bulan lagi sudah
sepuluh tahun. Aku malu betapa telah menelantarkan pendidikan paling dasarnya
berupa mengenalkan Rabb, Tuhan tempat bergantung segala sesuatu kepadaNya. Dan betapa dalam kelalaianku itu, Allah
masih amat menyayanginya dengan terus menjaga hafalan-hafalannya.
Semalam seusai Magrib, kutanya sudah sampai mana hafalannya.
At-Thariq katanya, Bu. Dari An-Naba sampai At-Thariq, aku mengagungkan
kebesaranNya. Cucumu menghafal firman
TuhanNya bahkan ketika ibunya masih terus saja sibuk dengan urusan dunia.
Kubuka tafsir inspirasi. Kukisahkan kepadanya makna At
Thariq pada awal surat. Bahwa setiap manusia ada penjaganya. Kukatakan, kelak
apa yang menimpamu, bagaimana sulitnya, jangan takut, Allah selalu menjagamu
dengan berbagai cara bahkan ketika kau tak menyadari dan mengetahui.
Di tengah surat kukisahkan tentang akhirat. Hari ketika
segala rahasia disingkap.
“Rahasia apa maksudnya, Ma?”
“Kenapa besok kita nggak
ada yang nolong?”
“Beneran semua anggota tubuh kita akan jadi saksi? Gimana caranya
mata dan tangan berbicara?”
Cucumu itu ceriwis sekali. Entah, apakah aku dulu juga begitu?
Oh aku lupa, saat seusianya, aku dulu sudah kehilangan engkau. Apa sih rasanya
mati muda, Bu? Wuss, maaf aku bercanda. Aku sudah tahu, pasti rasanya nikmat
sekali ya berada di sisiNya yang maha penyayang dan melindungi dengan lemah lembut itu?
Dan kupikir, semalam aku telah menyampaikan hal terbaik
kepada cucumu. Kukatakan sambil menatapnya dengan sepenuh-penuh kepercayaan, “Nak,
Alquran ini sebaik-baik petunjuk, segala hal ada di dalamnya. Jangan pernah
lepaskan. Selalu ingat pesan ini, ada tidak ada ibu, Alquran ini adalah petunjuk jalanmu
yang sebenar-benarnya dan seterang-terangnya.”
Uh, aku berkaca-kaca menuliskan ini. Apakah cengeng ini
menurun darimu, Bu?
Ibu, umurku tiga puluh tiga tahun lima puluh empat hari sekarang. Dan
aku jatuh cinta lagi saat ini. Cinta yang amat dalam kepada manusia, lelaki paling mulia yang pernah ada. Muhammad Rasulullah. Allahumma sholli ‘ala habibina Muhammad…
Sudah dulu, Bu.
-cium ya
Sudah dulu, Bu.
-cium ya
Terenyuh. Mudah-mudahan kita bisa kumpul lagi sama orang terkasih kita di surga nanti, aamiin.
BalasHapusSalam,
Syanu
Si kecil yang menjadi pelipur lara, mbak yang insya Allah bisa jadi ibu yang baik, dan Alm. Ibu yang insya Allah bahagia di pangkuan Allah. Aamiin :')
BalasHapusSalam,
Senya