Ketika tadi malam aku membaca kabarmu perihal sambel pecel yang sedang naik daun itu, tiba-tiba siang ini, inbox-ku didatangi seorang anak muda yang tampak sangat penuh dengan gairah.
Setelah memperkenalkan diri secukupnya, dan kubalas sewajarnya, dia mohon izin menyampaikan sesuatu. Maka kupersilahkan saja dia menulis apa yang menjadi hajatnya.
Dan, panjang lebar dia bercerita telah menggebrak
ibu-ibu pada suatu desa di Jawa sana untuk berdaya secara ekonomi. Maka muncullah
brand sambal pecel ‘anu’ dan dia menjadi corong pemasarannya.
Kupikir, dia akan meminta alamatku untuk memberiku
secubit sambal pecel tester. Ternyata aku keliru. Uh, selalu saja aku masih se-geer-itu.
Yang ada, dia berpanjang-panjang menawarkan sambal pecelnya berikut harga dan
sistem pembayaran. Kupikir, dia memang telah menyiapkan iklan panjang itu dan
copas saja kepadaku. Benar juga sih, dia hanya memamnggilku dengan ‘ibu’ tanpa
nama. Bahkan sepotong namaku pun tidak.
Maka demikianlah. Segala hal ternyata tetap satu
dan terhubung.
Kita berbicara dan akan terus berbicara lewat
kejadian-kejadian yang menggelikan seperti ini.
Oh ya, mata kiriku berkedut-kedut sejak pagi. Aku mencoba
tidak geer bahwa banyak orang sedang merindukanku. Aku memang harus lebih giat
berlatih untuk tidak geer. Ya, seharusnya begitu!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih sudah meninggalkan komentar. Mohon untuk selalu berkomentar dengan bahasa yang baik dan tidak SARA, ya.