Laman

Jumat, 02 Februari 2018

Cetak Ulang & A Shoulder To Cry On

Bu, apa di tempat ibu sekarang adalah tempat yang hangat tapi tanpa kenangan, ya?

Aduh, kenapa selalu saja, pertanyaan pembuka untuk Ibu terbaca aneh. A warm place with no memory? Aih. Konon katanya tempat serupa itu berada di sebuah pulau kecil dan kosong di tengah-tengah Laut Pasific sana. Sebuah khayalan yang berat di kepala Andy.

Apa Ibu bertanya siapa Andy? Nggak penting, sih, dia cuma tokoh di film The Shawshank Redemption. Dia si ‘keras kepala’ yang serupa buku tertutup. Dia sebenarnya hangat tapi tak pandai mengantar hangat itu ke pasangannya. Dan dia terpenjara. Dia tersiksa. Tapi dia keren karena dia tetap bisa kalem tidak melawan takdir. Yang perlu dia lakukan adalah terus bergerak. Sebab dia memiliki peluru yang tak pernah habis untuk bergerak. Peluru terbaik yang tak akan ada tandingannya; HOPE.

Yah, kupikir, sesedikitnya aku serupa dia. Aku keras kepala dan aku serupa buku yang tertutup. Aku juga ‘terpenjara’, tapi aku tetap bergerak karena aku punya harapan. Yang tak kalah penting, aku juga kalem. Ups, jangan protes. Aku beneran kalem, kok.

Aku tadi awalnya mau cerita apa, sih?

Sebelum kuceritakan, Ibu baca komentar orang-orang ini dulu, ya.



Nah orang-orang yang berkomentar serupa mereka ini ada beberapa lagi. Aku jadi banyak berpikir. Banyak me time. Menurut ibu aku ini siapa? Eh maaf, ya tentu aku anak Ibu. Maksudku, apa aku punya peluang di dunia perdagangan? Itu serupa dunia hitam buatku, Bu.

Aku sempat terprovokasi awalnya, kubawa soal itu ke atas sajadah, kubawa ke langit, kubawa saat masak (hari ini aku masak kepiting, jangan tanya dimasak apa karena aku sama sekali nggak tahu apa namanya), bahkan, ketika akhirnya kuputuskan menonton si Andy, itu adalah sebagai salah satu caraku menemukan bulatnya keputusan; “Iya tidak aku harus mencetak ulang buku The Grand Me Time ini?”

Ada suara lirih dari dalam hatiku; “Mungkin ini jalanmu. Bukankah ini doa yang selalu segar?”

Tapi suara-suara lain juga berisik, “Ingat, kamu ini siapa? Kamu hanya seorang perempuan yang menguasai dapur dan sumur. Kamu tidak mengetuai sebuah komunitas, tak memiliki geng-geng eksklusif, tak memiliki jamaah, tak memiliki fans yang akan dengan rela membeli buku-bukumu. Bahkan, kamu tak memiliki satu orangpun yang akan bersetia di sampingmu dan menyediakan bahunya untuk kepalamu bersandar saat kamu menangis karena menyadari bahwa kamu telah salah melangkah.”

A shoulder to cry on, lagunya Tommy Page, kan itu?”
“Kok, o-o-t?”
“Sorry-sorry. Maksudku, kamu itu punya Allah! Sekali lagi, ALLAH!” suara lirih tadi mulai naik beberapa oktaf. Aku tersentak mendengarnya.
“Iya, aku punya Allah. Aku nggak meragukan kemampuan Allah. Biarpun sepenjuru isi planet bilang aku nggak bisa jualan, kalau Allah bilang bisa ya bisa.”
“Nah itu kamu pinter.”
“Ya karena pinter itu juga aku jadi mengukur kapasitasku. Aku belum pantes jualan. Kalau kemaren buku 400 eks habis dua pekan, aku prasangka baik bahwa mereka melakukan itu untuk sedekah. Kalau untuk hidup? O… “
“Katanya kamu mirip si Andy, sekarang kok kayak orang mati kehabisan harapan.”
“Bukan gitu. Harapannya tetep tinggi, tapi aku masih ada di level tangga yang rendah. Satu-satu dong dinaikinnya.”
“Tapi Allah bisa aja buat kamu terbang tanpa harus napakin tangga satu-satu.”
Please, ya, sekali lagi aku nggak sedikitpun kehilangan keyakinan sama rahmatNya Allah, aku hanya sedang mengukur kapasitasku untuk kemudian bangkit, pelan-pelan. Kalau tiba-tiba di tengah jalanku ada Malaikat yang ngajakin terbang, nah, aku nggak bisa nolak.”
Suara di seberang masih ingin menyangkal, tapi yang di seberangnya buru-buru membekap, “Ssst, udahan, ya ributnya. istigfar aja, yuk, kita.”

Bu, apa Ibu bingung membaca kecamuk hatiku? Kuharap tidak, ya. Kan di sana angin sepoi-sepoi, sejuk, tenang, pasti nggak sulitlah melihat tingkah anakmu yang ini. Atau, Ibu mau menyumbang saran untukku? Nah boleh, nanti malam kutunggu ya…

Sebentar sebelum pisah, jadi, di tempat ibu sekarang sebenarnya masih bisa mengingat kenangan, nggak, sih? 

Cium, ya...



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih sudah meninggalkan komentar. Mohon untuk selalu berkomentar dengan bahasa yang baik dan tidak SARA, ya.