Laman

Rabu, 31 Januari 2018

The Reason

Ketika kau memasuki sebuah toko atau pusat perbelanjaan dan memasukkan barang-barang ke dalam keranjang, kau pasti sudah memiliki alasan untuk apa membayar barang-barang itu dan apa gunanya kau membawa pulang ke rumah?

Terlepas kau membayarnya tersebab butuh, atau hanya demi sebuah keinginan, yang jelas kau memiliki sebuah alasan. Dan barang-barang itu akan ‘berperan’ di dalam rumahmu sesuai alasanmu mengangkutnya pulang.

Sampai di sini, pernah tidak kau memikirkan bahwa apapun yang datang dalam kehidupanmu, entah itu masalah, atau hadiah-hadiah yang mengejutkan, atau orang yang ujug-ujug menyapamu pada suatu petang di sebuah halte lalu pada sapaan pertama itu kalian sudah merasa ‘serupa’ satu dan lainnya. Ataupun tentang sebagian orang yang berkawan lama, atau berteman sesaat lalu berpisah, dan lain sebagainya yang semua itu membuatmu berpikir;

“Tuhan, terimakasih atas segala hal yang Kau dekatkan, Kau pertahankan, Kau lekatkan, Kau jauhkan, Kau pisahkan, Kau hancurkan pada hamba karena itu semua pasti ada alasannya. Karena Kau selalu punya alasan, bahkan, untuk apa biji yang mati Kau tumbuhkan di celah-celah sebuah batu, atau dahan yang lengkung menaungi sebuah bangku, Kau telah cukupkan alasan-alasan keberadaannya.”

Pernah tidak kau berpikir demikian?

Kalau tidak, cobalah berpikir mengapa kau baru dikarunia satu putra sementara yang lainnya sebelas? Cobalah juga berpikir untuk apa Tuhan memberimu pasangan yang luar biasa menjengkelkan sementara teman-temanmu memiliki kehidupan rumahtangga yang sedamai Telaga Sei Ladi.

Telaga Seiladi dari google

Sebentar, apa kau tahu di mana Telaga Sei Ladi itu berada? Bahkan, untuk apa kau membaca nama telaga itu pun, pada saat ini, termaktub alasan Tuhan di dalamnya. Tak peduli pemikiranmu kesusahan menjangkau alasannya, sebab memang kita hidup di dunia yang bukan dunia sebenarnya. Dunia yang terbatas indra.

Kelak pada hari yang sesungguhnya, kau akan sangat gampang memahami sesuatu sebab semuanya terbuka. Telinga yang dapat mendengar apapun dari jarak manapun, mata yang dapat menatap apapun dari balik tembok manapun, segalanya. Tak ada lagi rasahasia pada hari yang pasti sebab semua tirai telah disingkap. Tak akan lagi kau bertanya-tanya, “Tuhan, mengapa kau anugerahkan rasa ini?” atau, “mengapa kau hadirkan dia?

Tak ada. Semua jelas sejelas-jelasnya. Tak ada lagi saling curiga, tak ada benci, tak ada musuh. Damai. Dunia yang sebenarnya adalah dunia yang diliputi kedamaian.

Maka, aku hanya ingin katakan (tuliskan J ), bila saat ini kau masih sering bertanya mengapa, cobalah renungi dan pahami, bahwa segala sesuatu yang datang terhadap kita telah sempurna alasanNya. Ini tak lebih untuk memperbaiki diri kita, untuk menenangkan hati kita, untuk mendamaikan hidup kita. Begitulah, memang terasa agak sulit memahaminya, sekali lagi, karena indra kita sangat terbatas. Maka asahlah hati, agar dapat kau jangkau lebih jauh alasan-alasan Tuhan yang mulia mengapa Ia hadirkan segala sesuatu dalam kehidupanmu.

Sesungguhnya, catatan panjang ini hanyalah pengingat bagi yang menuliskannya J

Rumah karya, gerhana bulan, akhir Januari 2018

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih sudah meninggalkan komentar. Mohon untuk selalu berkomentar dengan bahasa yang baik dan tidak SARA, ya.