Foto dari sini |
Pekan lalu, seorang sahabat mengirim pesan yang
membuat saya merenung lama, “Jika kamu Anak Down Syndrome dan bisa menulis
surat, apa yang akan kau katakan pada orangtuamu?”
Ini pertanyaan sulit. Seumur-umur, saya belum pernah
menulis surat untuk orangtua. Terkadang, saya menulis surat untuk Ibu. Itupun
karena Ibu sudah lama berpulang. Bila Ibu masih hidup, saya tak yakin apakah
memiliki keberanian untuk melayangkan
sepucuk surat saja ke pangkuannya.
Tapi baiklah, sebab saya belum ingin dipecat dari
daftar temannya, maka inilah saya. Seorang anak down syndrom yang
memberanikan diri menuliskan sepucuk surat ke haribaan orangtua.
***
Ayah, Bunda, assalamualaiakum…
Aduuuh, aku bingung sekali akan menulis apa. Sebab
semua yang ayah dan bunda lakukan untukku terasa lebih indah dari puisi, lebih
merdu dari lagu, dan lebih menyejukkan dari sepoi angin sore yang membelai
pipiku.
Ayah, beberapa kali aku pernah mendengar lagu yang ayah
dengar dari laptop di hadapan ayah. Liriknya kira-kira seperti ini:
Melihat
tawamu
Mendengar
senandungmu
Terlihat
jelas di mataku
Warna
- warna indahmu
Menatap
langkahmu
Meratapi
kisah hidupmu
Terlihat
jelas bahwa hatimu
Anugrah
terindah yang pernah kumiliki.
Ayah,
Bunda, terkadang aku merasa (bahkan terlalu sering merasa) lagu yang didengar
ayah itu adalah lagu yang diciptakan dan disenandungkan khusus untukku. Apakah
aku anak yang GR, ayah?
Aku
sering mendengar percakapan orang-orang dewasa, bahwa aku dan anak-anak
sepertiku disebut anak yang berkebutuhan khusus? Disebut khusus mungkin karena
aku lebih banyak butuh diperhatikan daripada kakak-kakak. Aku juga lebih banyak
butuh dibantu ketika beraktivitas dibanding kakak-kakak. Pun aku membutuhkan
lebih banyak stok sabar ayah juga bunda dalam merawatku dibanding ketika dulu
merawat kakak-kakak.
Ayah ingat tidak, aku bahkan baru bisa berdiri tegak dan
berjalan selangkah dua saat usia 2,5 th. Padahal kakak-kakak sudah bisa berlarian
di tepi pantai dan saling melempar pasir pada usia itu.
Ayah,
bunda, dalam perjalanan hidupku hingga seterusnya sampai ajal yang ditetapkan
Allah nanti, aku mungkin akan selalu banyak menyita perhatian, menguras
kasabaran dan memeras kasih-sayang ayah bunda. Aku mungkin akan tumbuh sedikit
lebih mandiri, dan berprestasi (inipun karena ketelatenan bunda dan ayah mengasah
bakatku bukan karena usahaku sendiri), tapi tetap aku akan selalu bergantung
pada kasih sayang ayah bunda.
Suatu
ketika aku berpikir, bagaimana jika ayah dan bunda kehabisan stok kasih sayang
untukku? Sementara
aku masih tetap aku yang seperti ini, yang memiliki otot-otot lemah, yang
orang-orang mengataiku ‘lamban’, yang gampang sakit, yang down syndrome.
Terkadang aku takut bunda lelah merawatku, ayah letih melatihku, dan
kakak-kakak bosan dengan ‘kemanjaanku’ yang selalu, terus dan terus butuh
diperlakukan khusus.
Mmmh,
suatu waktu, dalam benakku pernah terbersit ide, bagaimana bila ayah dan bunda
memperlakukan aku dan kakak-kakak dengan perlakuan yang sama? Walau tak persis
sama, maksudku, bukankah kami ini sama anak-anak yang dititipkan Allah pada
ayah bunda? Kami sama memiliki keunikan, kekhususan (walau tetap aku lebih
khusus) dan itu membuatku terkadang merasa bersalah telah menyirap habis segala
perhatian ayah bunda untukku.
Mungkin
ini hanya perasaanku saja. Tapi kumohon ayah, bunda, jangan menyisihkan kakak-kakak
walau sedikit saja hanya karena demi aku, ya? Jangan jadikan hadirku sebagai
excuse kekurangmaksimalan ayah bunda memperhatikan, merawat dan menyayangi
kakak-kakak. Kumohon, cintai masing-masing kami karena Allah, tidak ada
yang lebih dan tak ada yang kurang.
I’m
down syndrome and I’m okay, insyaAllah.
Ayah, bunda, aku mungkin bukan anugrah terindah dalam hidup kalian, tapi kalianlah anugrah terindah dalam hidupku. Terimakasihku
yang lebih tinggi dari gunung-gunung sebab ayah bunda berkenan menerima aku
yang banyak kurang ini. Tak ada yang lebih besar kupinta pada Allah kecuali balasan
jannah yang akan membasuh segala keluh dan lelah ayah bunda.
Ayah,
bunda, terimakasih, ya. Dicintai demikian dalam oleh kalian memberiku kekuatan,
dan mencintai kalian telah memberiku keberanian.
Peluk cium dariku,
Your almond shaped eyes…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih sudah meninggalkan komentar. Mohon untuk selalu berkomentar dengan bahasa yang baik dan tidak SARA, ya.