Laman

Rabu, 31 Januari 2018

Blocknote

Seorang pengarang menuliskan karangannya. Tentang dua teman yang belasan tahun tidak berjumpa. Saat perjumpaan pertama, satu tokohnya menanyakan;
Kau bisa bertanya, misalnya, apakah aku mencarimu setelah kau menghilang selepas pertemuan terakhir di rumah kosmu?

Tiga hari lalu, ketika pengarang itu membongkar satu buah laci yang pengap oleh himpitan kenangan, ia menemukan satu buah blocknote usang. Ia usap permukaan blocknote itu serupa benda bersejarah yang tak boleh kotor oleh debu. Khidmat ia membuka sampulnya, dan, di sebalik sampul itu, berderet-deret nama teman sekaligus nomor-nomor kontak mereka.
Pengarang itu tergerak mengambil ponsel, mengetikkan serangkaian kombinasi angka dan… ia terhubung dengan sahabat lama yang sudah belasan tahun tak berkabar. Surprise ia mengetikkan pesan di WA;

Hai, apa kabar?
-dari teman mudik

Setengah hari balasan muncul;

“Teman mudik? Ya, aku ingat kamu. Kamu sekarang di mana? Dulu aku sempat cari-cari kamu yang pergi menghilang tanpa kabar.”

Pengarang itu tertegun. Bagaimana bisa? Adakah dialog yang kebetulan, hanya kemiripan? Dia menguji kebetulan itu dengan pertanyaan;
“Cari dimana?”
“Ya cari di kosmulah.”

Kos?
Yah, pertemuan terakhir mereka di sebuah kos, dan sang sahabat mencari di kos yang sudah ditinggalkan. Ajaibnya, sahabat lama dalam blocknote, ialah yang karakternya dipinjam pengarang untuk ditiupkan ke dalam karakter tokoh karangannya.

Orang bilang penulis fiksi selalu payah, tak pandai membedakan realitas dan khayalan. Apa boleh buat? Secuil karakter yang dipinjam menjadi tokoh dalam karangan sudahlah menjadi karakter yang baru, utuh, berdiri sendiri tanpa bayang-bayang karakter adaptasinya. Bila ada kesamaan dialog dan alur, barangkali pengarang memang memiliki sensitifitas tentang bagaimana pola hubungan, perasaan, pikiran, gerak-gerik dan impian.


Begitulah, anggap saja memang tugas masing-masingnya masih belum selesai untuk saling ‘menggerakkan takdir’ kisah mereka di dunia ini. Sebab Allah tak mungkin mempertemukan kembali para lelakon yang sudah selesai seluruh scene-nya. Dan tersebab kisah mereka belum menyentuh satu garis bertulis kata tamat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih sudah meninggalkan komentar. Mohon untuk selalu berkomentar dengan bahasa yang baik dan tidak SARA, ya.