Apakah kau masih ingat, ketika suatu siang kalian membincang tentang setan?
“Kau
ini beriman, kenapa mengusir setan kecil saja kau tak bisa?” begitu sodoknya
keras.
“Kau
pikir setan kecil itu tak berilmu?” balasmu tajam.
“Ya
tapi kau itu beriman.” Dia bersikukuh, frustasi. Sejatinya, pikirannya agak
terganggu dengan ‘setan berilmu’ yang kau sebutkan.
Setan,
berilmu?
Saat
itu, dia masih belum paham apa maksudmu. Dan dia hanya menganggap angin lalu
frasa ‘setan berilmu’ itu. Hingga kemarin tilawahnya sampai pada surat Al-A’raf (7) ayat 21. Surat Al-A’raf itu, dimulai ayat 11 sampai 25 adalah tentang
PERMUSUHAN DAN GODAAN SYAITHAN TERHADAP MANUSIA. Agak lebih khusus membahas
tentang penghargaan Allah kepada Nabi Adam dan keturunannya.
Pada
ayat 21 Allah berfirman; “Setan bersumpah kepada keduanya, “Sesungguhnya aku
ini benar-benar termasuk para penasihatmu.”
Dr.Zainal
Arifin Zakaria yang menyusun Tafsir Inspirasi (tafsir yang selalu ia gunakan
untuk bertilawah) menuliskan tafsiran ayat itu; “Godaan dan rayuan setan itu
bukan gerakan spektakuler, tapi ia gerakan perlahan, sedikit tapi pasti.
Bagaikan rel kereta api yang menyimpang dari garis lurus dimulainya hanya dengan
pergeseran satu millimeter. Setan: terlihat membantu tapi sebenarnya
menjerumuskan."
Dia paham sekarang, bagaimana mungkin setan tak berilmu bila ia telah demikian
mengikrarkan diri sejak manusia pertama diciptakan, bahwa dialah ‘sang
penasehat’. Penasehat yang menipudaya. Yang halus, menelusup lembut di antara
pori-pori dan meliuk di antara laci-laci hati. Indah. Setan menjadikan dosa
tampak indah.
Dan
setan yang terlihat membantu itu sebenarnya menjerumuskan. Sekonyong dia mengingat
kejadian siang sebelum kalian membincang tentang setan itu, lantas beristigfar.
Siang itu, sebenarnya hati kecilnya sudah mengingatkan untuk tak perlu
membahasnya. Bahkan kau sudah ingatkan, “Sudah cukup kita menangis semalam,
tak perlu kita bahas lagi.”
Namun, begitulah setan itu bekerja. Rapi sekali. Terkesan
anggun dan rasional.
Lantas
atas dalih ‘ilmu’ dia berteriak di kupingmu, “Kita harus melogikakan ini agar
tak akan pernah lagi kaki melangkah di jalan yang salah.”
Nyatanya?
Hei, kalian justru kembali melakukan kesalahan. Itulah, itulah setan. Kau dulu sudah
benar mengingatkan dirinya tapi kau pun tak mampu tegas menolaknya. Sekarang,
saat semuanya sudah kembali di jalan ketaatan dan dia menyimak ayat ini, dia
pun mengingat kau.
Kau
tahu, setan menggasaknya lagi dengan manis, “Kirimkan screenshoot
ayat-ayat ini padanya. Bukankah saling bernasehat itu indah?”
Wow,
hampir saja dia termakan rayuan. Dasar setan, pandai sekali dia menggombal. Padahal,
sungguh kalaupun bukan dari dia, amatlah gampang bagi Allah untuk menyampaikan
ayat-ayat ini padamu. Entah lewat guru dan orang alim manapun, atau, mungkin suatu
saat kau terilhami untuk berjalan ke sini dan membaca catatan ini.
Allah
sebaik-baik pengatur dan pemberi hikmah. Ambillah Qur'an sebagai penasehat, bukan syaithan. Jangan pernah lupakan; tak ada jalan selamat kecuali di dalam taat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih sudah meninggalkan komentar. Mohon untuk selalu berkomentar dengan bahasa yang baik dan tidak SARA, ya.